Jumat, 31 Mei 2013
SUMEDANG KOTA KAMELANG
Tag
Kamis, 23 Mei 2013
TAHU SUMEDANG
Tag
Tahu Sumedang adalah salah satu makanan tradisional di Sumedang. Tahu ini
kaya akan protein karena bahan dasarnya berasal dari kacang kedelai yang
mengandung protein yang tinggi. Mengkonsumsi protein tentunya sangat
baik bagi pertumbuhan badan terutama bagi anak-anak.
Berdasarkan
cerita turun temurun, awalnya tahu Sumedang dibuat oleh imigran asal
Cina yang lama menetap di Sumedang. Ketika itu Sang Bupati Sumedang
sedang berjalan-jalan dan tidak sengaja berjumpa dengan seseorang kakek
yang sedang memasak makanan dengan penggorengan besar. Setelah sang
kakek menjelaskan bahwa ia sedang memasak tofu yang berasal dari Cina.
Kemudian Bupati mencicipi tahu yang dibuat dan berkata tahu ini sangat
lezat dan nikmat. Sejak itu tahu Sumedang terus berkembang dan menjadi
terkenal sampai sekarang.
Sekarang
tahu Sumedang sangat mudah dijumpai dan ditemukan di sepanjang jalan
mulai dari gerbang toll Cileunyi hingga kota Sumedang. Harganya yang
murah membuat makanan ini menjadi makanan favorit semua orang, dengan
uang Rp 500 kita sudah bisa menikmati satu buah tahu sumedang.
Bicara
soal rasa? Tidak usah diragukan lagi hehehehe, rasanya berbeda dengan
tahu-tahu yang lain, rasanya sudah barang tentu enak. Tahu Sumedang
paling enak dimakan saat kondisi panas. Rasanya gurih nan renyah di luar
dan lembut di dalam hehehehe. Kurang lengkap rasanya jika makan tahu
Sumedang tanpa cabe rawit (cengek) hehehehe. Jika tidak suka pedas, bisa
juga dicocol dengan saus merah yang tidak begitu pedas. Kalau makan
tahu ini dirasa kurang mengenyangkan, bisa juga ditambah dengan lontong
nasi sebagai temannya, dijamin makan satu lontong saja pasti kenyang
hehehehe.
Hal
yang unik dari tahu ini, jika dibawa pulang, bungkusnya berupa
keranjang yang terbuat dari anyaman bambu, jadi boleh dikatakan
bungkusnya ramah lingkungan juga hehehehe. Tapi kalau kami biasanya
langsung “bantai” di tempat, nggak nunggu-nunggu lagi hehehehe.
Kalau ke Sumedang, pastikan nyoba tahu Sumedang ya, kalau nggak nyoba dijamin rugi deh hehehehe. Sekian semoga bermanfaat.
SENI KUDA RENGGONG
Tag
Ditempat asal saya yaitu Sumedang, salah satu pihak yang mendapat banyak order disaat seperti ini adalah grup kesenian Kuda Renggong yaitu salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Sumedang sendiri.
Kuda renggong mulai dikenal pada masa pemerintahan Pangeran Arya Surya Atmadja (1882-1919) menjadi bupati Sumedang. Kata renggong dalam bahasa sunda berarti gerakan tari berirama dengan ayunan langkah kaki yang diikuti oleh gerakan kepala dan leher yang tetap. Kata ini juga merupakan metatesis dari Ronggeng yang berarti pertunjukkan tari yang dilakukan oleh perempuan di halaman rumah saat bulan bersinar.
Tokoh penting dalam permulaan kesenian kuda renggong ini bernama Sipan bin Midin yang lahir pada tahun 1870 di dusun Cikurubuk, kecamatan Buah Dua, kabupaten Sumedang. Sejak kecil Sipan suka mengamati tingkah laku kuda dan membedakan langkah kaki kuda menjadi 4 macam,yaitu :
A. Adean adalah gerak lari kuda melintang seperti gerak lari kepinggir seperti ayam yang sedang berahi.
B. Torolong adalah gerak lari kuda dengan langkah kaki pendek-pendek dan cepat.
C. Derap / jogrog adalah langkah kaki kuda biasa yang artinya tidak lari namun gerakannya cepat.
D. Congklang adalah gerak lari cepat seperti gerakan kuda pacu dimana kaki kanan dan kiri kuda bergerak serempak kearah depan.
Sipan melatih kuda dengan cara kendali kuda dipegang oleh dua orang di kiri kanan, seorang mencambuk dari belakang sehingga kuda meronta namun tertahan tali kendali. Latihan tersebut biasanya berlangsung selama 3 bulan dengan iringan musik. Dengan demikian kuda menjadi terbiasa setiap mendengar pengiring ia akan bergerak-gerak menari. Kuda hasil pelatihan Sipan menjadi terkenal dan banyak dicari orang yang kemudian dikenal dengan sebutan kuda renggong.
Kesenian kuda renggong akhirnya menjadi kesenian rakyat yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Sumedang. Saat ini hampir di setiap kecamatan mempunyai perkumpulan permainan kuda renggong. Selain digunakan pada acara khitanan kuda renggong juga sering dipakai untuk menyambut para pejabat yang turun ke daerah, juga digunakan pada perayaan hari jadi Kabupaten dan setiap hari Kemerdekaan. Dengan banyaknya perkumpulan kuda renggong maka sering diadakan festival untuk memilih mana kuda renggong terbaik atau perkumpulan terbaik. Semakin sering kuda renggong memenangi suatu festival maka otomatis harga jualnya akan melambung tinggi.
Jalannya pertunjukkan permainan kuda renggong terdiri atas beberapa adegan “perkelahian” antara manusia (pesilat) dengan kuda, antara lain :
1. Kuda berdiri diatas kedua kaki belakang, kaki depan kedua-duanya bergerak seperti posisi akan mencakar diiringi lagu kidung.
2. Anak pesilat diinjak perutnya oleh kuda.
3. Anak pesilat dengan posisi terlentang diinjak kepala bagian jidatnya oleh kedua kaki depan kuda.
4. Leher anak pesilat ada diantara kedua kaki depan kuda dalam posisi terlentang kemudian berguling-guling.
5. Anak pesilat bermain silat diatas punggung kuda, juga berdiri diatas kedua kaki belakang kemudian kuda berputar-putar.
Atraksi ini akan berlangsung sekitar satu jam kemudian anak sunat / khitan dinaikkan keatas kuda untuk kemudian diarak keliling kampung lengkap dengan pengiring yang memainkan musik juga pengiring yang bertugas menari-nari didepan kuda selama arak-arakan berlangsung. Selama arak-arakan inilah kuda memamerkan keahliannya menari sambil berjalan dengan mengikuti iringan musik. Musik pengiring kuda renggong didominasi oleh suara terompet diselingi suara juru sinden. Alat pengiring lainnya mirip dengan perangkat gamelan hanya lebih sedikit jumlahnya. Pada awalnya lagu-lagu yang diperdengarkan seperti Kembang Gading, Kembang Beureum, Manuk Dadali, Adem Ayem, Daun Puspa, Solempang Koneng yang berirama cepat mirip musik dangdut tetapi seiring waktu lagu-lagu tersebut mulai ditinggalkan dan beralih dengan lagu-lagu populer yang biasa kita dengar ditelevisi saat ini. Hanya lagu Kembang Gadung dan Kembang Beureum yang masih selalu dipakai karena lagu tersebut dianggap sebagai kidung persembahan untuk para leluhur.
Pertunjukkan kuda renggong ini biasanya dilakukan sehari sebelum khitanan dilaksanakan. Anak yang saat di sunat dirayakan dengan pertunjukkan kuda renggong ini biasanya mempunyai kenangan dan kebanggan tersendiri diantara anak lainnya. Kenangan yang bisa terbawa hingga dewasa dan tidak bisa dilupakan. Akang sendiri saat disunat tidak dirayakan dengan pertunjukkan kuda renggong mungkin karena orang tua sedang tidak mempunyai uang untuk mengundangnya. Akang adalah anak ketiga dari lima bersaudara yang semuanya laki-laki, dari kelima anak yang mengadakan pertunjukan kuda renggong saat dikhitan adalah anak pertama, kedua dan terakhir sehingga walaupun saat dikhitan akang tidak naik kuda renggong tetapi bisa nebeng saat kakak dan adik disunat.
Jumat, 17 Mei 2013
GUNUNG MANGLAYANG
Tag
GUNUNG MANGLAYANG
Gunung Manglayang terletak di antara Kab. Sumedang dan Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Ketinggiannya sekitar 1600 mdpl. Pemandangannya cukup indah, namun karena relatif kecil, sehingga kurang dikenal oleh pendaki-pendaki gunung pada umumnya.
Gunung Manglayang – gunung yang tidak disebut-sebut dalam Legenda Sangkuriang. Karena dari legenda tersebut diceritakan bahwa perahu dari Sangkuriang telah terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu; tunggul pohon yang tersisa bekas bahan pembuatan perahu Sangkuriang tetap berdiri menjadi Gunung Bukit Tunggul sedangkan tajuknya atau ranting-rantingnya tergeletak menjadi Gunung Burangrang.
Dalam rangkaian gunung-gunung Burangrang – Tangkuban Perahu – Bukit Tunggul – Manglayang; Gunung Malanglayang yang mempunyai ketinggian ±1600 mdpl, menjadi gunung yang terendah dari rangkaian ke empat gunung tersebut. Mungkin itulah sebabnya di kalangan para penggiat alam bebas gunung ini sempat terlupakan terkecuali para penggiat alam bebas dari Bandung dan sekitarnya. Namun begitu Gunung Manglayang juga menawarkan pesona alamnya tersendiri. Untuk mendaki gunung ini ada beberapa jalur yang bisa digunakan yaitu melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda (Kab. Bandung), Palintang (Ujung Berung, Kab. Bandung), Baru Beureum/Manyeuh Beureum, Jatinangor.
Gunung Manglayang terletak di antara Kab. Sumedang dan Bandung, Jawa Barat, Indonesia. Ketinggiannya sekitar 1600 mdpl. Pemandangannya cukup indah, namun karena relatif kecil, sehingga kurang dikenal oleh pendaki-pendaki gunung pada umumnya.
Gunung Manglayang – gunung yang tidak disebut-sebut dalam Legenda Sangkuriang. Karena dari legenda tersebut diceritakan bahwa perahu dari Sangkuriang telah terbalik dan berubah menjadi Gunung Tangkuban Perahu; tunggul pohon yang tersisa bekas bahan pembuatan perahu Sangkuriang tetap berdiri menjadi Gunung Bukit Tunggul sedangkan tajuknya atau ranting-rantingnya tergeletak menjadi Gunung Burangrang.
Dalam rangkaian gunung-gunung Burangrang – Tangkuban Perahu – Bukit Tunggul – Manglayang; Gunung Malanglayang yang mempunyai ketinggian ±1600 mdpl, menjadi gunung yang terendah dari rangkaian ke empat gunung tersebut. Mungkin itulah sebabnya di kalangan para penggiat alam bebas gunung ini sempat terlupakan terkecuali para penggiat alam bebas dari Bandung dan sekitarnya. Namun begitu Gunung Manglayang juga menawarkan pesona alamnya tersendiri. Untuk mendaki gunung ini ada beberapa jalur yang bisa digunakan yaitu melalui Bumi Perkemahan atau Wanawisata Situs Batu Kuda (Kab. Bandung), Palintang (Ujung Berung, Kab. Bandung), Baru Beureum/Manyeuh Beureum, Jatinangor.
Rabu, 15 Mei 2013
GUNUNG GEULIS
Tag
EKSOTISME GUNUNG GEULIS
Pemandangan indah alam Jatinangor sudah sering didengar. Perpaduan alam nan asri serta peninggalan sejarahnya yang unik telah lama menjadi pembicaraan . Namun, pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menikmati keindahan alam Jatinangor ini dari ketinggian 1.281m dari permukaan laut?
Beberapa waktu lalu saya bersama beberapa teman pencinta alam menjelajahi Gunung Geulis. Gunung Geulis sebernya bukanlah sebuah gunung, tetapi hanya puncak dari sederetan bukit yang ada di Jatinangor Sumedang.
Penjelajahan dimulai sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu, cuacanya cerah namun tidak terlalu panas. Ini menjadi pertimbangan kami untuk mulai mendaki Gunung Geulis.
Sebelum menjelajah, kami terlebih dahulu mempersiapakn bekal makanan, first aid, senter, dan berbotol-botol minuman untuk menghindari dehidrasi.
Dari jalan Raya jatinangor, kami masuk ke Desa Jatiroke. Desa ini merupakan salah satu pintu masuk ke kaki bukit. Kami memutuskan untuk berjalan kaki untuk menuju kaki bukit. Hitung-hitung pemanasan sebelum melewati jalur yang lebih memakan tenaga.
Sekitar 20 menit berjalan kaki, akhirnya kami sampai di kaki Gunung Geulis. Wilayah kaki bukit ini merupakan daerah perkebunan penduduk setempat. Kami mulai menyusuri perkebunan ini dengan muka penuh semangat. Petualangan pun dimulai.
Tidak lama melewati perkebunan milik warga, kami akhirnya mulai memasuki wilayah hutan yang penuh semak belukar. Kami terus mendaki melewati berbagai macam jalur. Sebenaranya untuk medaki Gunung geulis tidak susah, tinggal mengikuti jalur yang sudah ada.
Jalur yang dilewati pun bermacam macam, yang paling memacu adrenalin mungkin adalah ketika melewati jalan di mana sisi kirinya adalah Jurang. Selain itu, mendaki beberapa jalur dengan tingkat kecuraman yang cukup tinggi juga menjadi tantangan tersendiri.
Setelah bergelut dengan berbagai macam jalur tersebut, akhirny kami memutuskan berhenti sejenak di bahu bukit. Dari bahu bukit, pemandangan indah Jatinangor sudah mulai terlihat. Setelah beberapa menit beristirahat, kami pun melanjutkan pendakian.
Jalur pendakian dari bahu bukit ke puncak dapat dikatakan lebih mudah. Setelah selitar 20 menit mendaki, akhirnya kami pun sampai di puncak Gunung Geulis.
Bangunan pemakaman terlebih dahulu menyapa kami. Konon menurut cerita penduduk setempat, makam yang ada di puncak Gunung geulis ini merupakan makam Puteri Geulis. Namun tidak ada yang tahu pasti mengapa Puteri Geulis ini dikuburkan di puncak bukit. Nama gunung Geulis sendiri diambil dari cerita ini.
Di puncak bukit, pemandangan indah Jatnangor membayar semua energi dan kepenatan saat mendaki tadi.
Jatinangor tampak damai dari puncak bukit. Tumbuhan ilalang tinggi yang dibelai oleh angin melengkapi suasana ketika melihat pemandangan kota yang ada di bawah. Kami sampai di puncak bukit sekitar pukul 17.00.
Dari puncak Gunung Geulis kami menikmati pemandangan Jatinangor sembari menunggu matahari terbenam.
Tak lama matahari pun kembali keperaduan. Memang, pemandangan sempurna inilah yang ingin kami dapatkan. Merahnya langit serta hembusan angin yang sepoi berpadu dengan gelak tawa kami. Sungguh suasana yang tak terlupakan.
Setelah puas menikmati sunset. Kami pun akhirnya turun ke kaki bukit. Senter mulai dinyalakan sebagai teman untuk berpetualang menuruni bukit di kegelapan
gunung geulis dari bawah
Pemandangan indah alam Jatinangor sudah sering didengar. Perpaduan alam nan asri serta peninggalan sejarahnya yang unik telah lama menjadi pembicaraan . Namun, pernahkah Anda membayangkan bagaimana rasanya menikmati keindahan alam Jatinangor ini dari ketinggian 1.281m dari permukaan laut?
Beberapa waktu lalu saya bersama beberapa teman pencinta alam menjelajahi Gunung Geulis. Gunung Geulis sebernya bukanlah sebuah gunung, tetapi hanya puncak dari sederetan bukit yang ada di Jatinangor Sumedang.
Penjelajahan dimulai sore hari sekitar pukul 15.00 WIB. Saat itu, cuacanya cerah namun tidak terlalu panas. Ini menjadi pertimbangan kami untuk mulai mendaki Gunung Geulis.
Sebelum menjelajah, kami terlebih dahulu mempersiapakn bekal makanan, first aid, senter, dan berbotol-botol minuman untuk menghindari dehidrasi.
Dari jalan Raya jatinangor, kami masuk ke Desa Jatiroke. Desa ini merupakan salah satu pintu masuk ke kaki bukit. Kami memutuskan untuk berjalan kaki untuk menuju kaki bukit. Hitung-hitung pemanasan sebelum melewati jalur yang lebih memakan tenaga.
Sekitar 20 menit berjalan kaki, akhirnya kami sampai di kaki Gunung Geulis. Wilayah kaki bukit ini merupakan daerah perkebunan penduduk setempat. Kami mulai menyusuri perkebunan ini dengan muka penuh semangat. Petualangan pun dimulai.
Tidak lama melewati perkebunan milik warga, kami akhirnya mulai memasuki wilayah hutan yang penuh semak belukar. Kami terus mendaki melewati berbagai macam jalur. Sebenaranya untuk medaki Gunung geulis tidak susah, tinggal mengikuti jalur yang sudah ada.
Jalur yang dilewati pun bermacam macam, yang paling memacu adrenalin mungkin adalah ketika melewati jalan di mana sisi kirinya adalah Jurang. Selain itu, mendaki beberapa jalur dengan tingkat kecuraman yang cukup tinggi juga menjadi tantangan tersendiri.
Setelah bergelut dengan berbagai macam jalur tersebut, akhirny kami memutuskan berhenti sejenak di bahu bukit. Dari bahu bukit, pemandangan indah Jatinangor sudah mulai terlihat. Setelah beberapa menit beristirahat, kami pun melanjutkan pendakian.
Jalur pendakian dari bahu bukit ke puncak dapat dikatakan lebih mudah. Setelah selitar 20 menit mendaki, akhirnya kami pun sampai di puncak Gunung Geulis.
Bangunan pemakaman terlebih dahulu menyapa kami. Konon menurut cerita penduduk setempat, makam yang ada di puncak Gunung geulis ini merupakan makam Puteri Geulis. Namun tidak ada yang tahu pasti mengapa Puteri Geulis ini dikuburkan di puncak bukit. Nama gunung Geulis sendiri diambil dari cerita ini.
Di puncak bukit, pemandangan indah Jatnangor membayar semua energi dan kepenatan saat mendaki tadi.
Jatinangor tampak damai dari puncak bukit. Tumbuhan ilalang tinggi yang dibelai oleh angin melengkapi suasana ketika melihat pemandangan kota yang ada di bawah. Kami sampai di puncak bukit sekitar pukul 17.00.
Dari puncak Gunung Geulis kami menikmati pemandangan Jatinangor sembari menunggu matahari terbenam.
Tak lama matahari pun kembali keperaduan. Memang, pemandangan sempurna inilah yang ingin kami dapatkan. Merahnya langit serta hembusan angin yang sepoi berpadu dengan gelak tawa kami. Sungguh suasana yang tak terlupakan.
Setelah puas menikmati sunset. Kami pun akhirnya turun ke kaki bukit. Senter mulai dinyalakan sebagai teman untuk berpetualang menuruni bukit di kegelapan
gunung geulis dari bawah
Sabtu, 11 Mei 2013
TARAWANGSA
Tag
TARAWANGSA
Tarawangsa merupakan salah satu jenis kesenian rakyat yang ada di Jawa Barat. Istilah "Tarawangsa" sendiri memiliki dua pengertian: (1) alat musik gesek yang memiliki dua dawai yang terbuat dari kawat baja atau besi dan (2) nama dari salah satu jenis musik tradisional Sunda.
Selasa, 07 Mei 2013
CURUG CINULANG
Tag
CURUG CINULANG
Curug Cinulang adalah sebuah obyek wisata alam berupa air terjun yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Bandung dengan Kabupaten Garut, Jawa Barat. Walaupun letaknya di antara kedua kabupaten tersebut, tetapi secara administratif Curug Cinulang berada di Desa Sindulang, Kecamatan Cimanggung, Kabupaten Sumedang. Untuk dapat mencapai lokasi Curug Cinulang yang berjarak sekitar 38 kilometer ke arah timur dari KotaBandung ini relatif mudah karena dapat melalui jalan tol Cipularang. Setelah melewati pintu tol Cileunyi diteruskan melalui jalan Bandung-Garut yang relatif ramai karena merupakan jalanyang menghubungkan kota-kota lain yang ada di sekitar pantai selatan Pulau Jawa. Pada saat sampai di sekitar kilometer 11 jalan Bandung-Garut terdapat sebuah papan petunjuk menuju ke lokasi wisata Curug Cinulang. Dari papan petunjuk ini jarak yang harus ditempuh masih sekitar 2,5 kilometer lagi ke arah timur.
Setelah sampai di pintu gerbang kawasan wisata Curug Cinulang, petugas setempat akan meminta bayaran sebesar Rp2.000,00 per orang sebagai tiket masuk dan apabila membawa kendaraan ditambah biaya lagi sebesar Rp1.000,00 per kendaraan. Namun bagi yang membawa kendaraan bermotor, setelah sampai di areal parkir, ada petugas lagi yang meminta jasa parkir sebesar Rp2.000,00 per kendaraan. Selanjutnya, dari areal parkir diteruskan dengan berjalan kaki sekitar 100 meter hingga akhirnya sampai ke lokasi air terjun. Di sepanjang perjalanan menuju curug ini banyak ditemui warung-warung yang menjual makanan dan minuman maupun aksesoris khas tempat wisata.
Sesampai di lokasi, pengunjung dapat melihat dua buah air terjun yang ketinggiannya hampir sama. Air terjun yang pertama adalah air terjun “utama” yang aliran airnya deras. Sedangkan, air terjun lainnya yang merupakan pecahan dari air terjun pertama, letakknya sekitar 30 meter ke arah barat. Karena derasnya air yang mengalir di kedua air terjun ini, mengakibatkan jarang ada pengunjung yang berani berada didekatnya. Umumnya mereka lebih memilih bermain dengan jarak sekitar 5 meter dari kolam limpahan air atau menikmatinya dari jembatan yang melintasi Sungai Citarik (aliran air di bawah Curug Cinulang). Sebagai catatan, selain air terjun di kawasan wisata ini juga terdapat tempat bermain anak yang letaknya berada di atas bukit di seberang Sungai Citarik.
Sebagai catatan lagi, keindahan panorama Curug Cinulang ini pernah diabadikan dalam sebuah lagu pop Sunda karya Yayan Djatnika berjudul “Curug Cinulang” yang liriknya sebagai berikut.
Di Curug Cinulang
Bulan bentang narembongan
Hawar-hawar aya tembang
Tembang asih tembang kadeudeuh dua'an
Di Curug Cinulang
Batin ceurik balilihan
Numpang kana Panghareupan
Cinta urang mugi asih papanjangan
Kabaseuhan cai ka heman
Kaceretan ibun kamelang
Mengket pageuh geter rasa kahariwang
Hariwang cinta urang panungtungan
Langganan:
Postingan (Atom)